0
Tugas 6 (Ilmu Sosial Dasar): Sosial Masyarakat Pedesaan
Sosial Masyarakat Pedesaan
A.
Pengertian
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat perdesaan
sering disebut juga dengan istilah “rural community”. Agak sulit untuk
memberikan batasan apa yang dimaksud dengan masyarakat pedesaan. Gambaran umum
masyarakat pedesaan antara lain: Warga-warga suatu masyarakat pedesaan
mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam dari pada hubungan mereka
dengan warga masyarakat pedesaan lainnya, diluar batas-batas wilayahnya.
Golongan-golongan orang
tua pada masyarakat pedesaan, pada umumnya memegang peranan yang penting.
Orang-orang akan selalu meminta nasehat-nasehat kepada mereka, apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Kesukarannya adalah bahwa golongan-golongan
orang tua itu mempunyai pandangan yang didasarkan pada tradisi yang kuat,
sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-perubahan yang nyata. Pengendalian
sosial masyarakat terasa sangat kuat, sehingga perkembangan jiwa individu
sangat sukar tuk dilaksanakan. Itulah sebabnya mengapa sulit sekali untuk
merubah jalan pikiran sosial kearah jalan pikiran yang ekonomis, hal mana juga
disebabkan kurangnya alat-alat komonikasi. Sebagai akibat sistem komonikasi
yang sederhana, hubungan antara seseorang dengan orang laen dapat diatur dengan
seksama. Rasa persatuan erat sekali, yang kemudian menimbulkan
saling kenal mengenal dan saling tolong menolong yang akrab.
Secara garis besar
masyarakat desa adalah sekumpulan orang yang
hidup dan bersosialisasi di daerah yang memiliki keadaan yang sangat berbeda
dengan masyarakat kota. Karena desa adalah kebalikan dari
kota, tingkat solidaritas yang masih sangat tinggi, serta tingkat kegengsian
yang sedikit, serta tingkat kekeluargaan yang masih ada, pergaulan, pemikiran,
serta pekerjaan yang berbeda dengan kota.
B.
Ciri-ciri
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat pedesaan
ditandai dengan dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama anggota
warga desa sehingga seorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat tempat dia hidup serta rela berkorban demi
masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang
sama didalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun
yang dijadikan cirri-ciri masyarakat pedesaan, antara lain sebagai berikut.
1.
Setiap warganya mempunyai hubungan yang
lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat diluar
batas-batas wilayahnya.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok
dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban).
3. Sebagian besar masyarakat pedesaan hidup
dari pertanian. Adapun pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan
sambilan sebagai pengisi waktu luang.
4. Masyarakatnya homogen, seperti dalam hal
mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya.
Masyarakat pedesaan
identik dengan istilah ‘gotong-royong’ yang merupakan kerja sama untuk mencapai
kepentingan-kepentingan mereka. Kerja bakti itu ada dua macam:
1.
Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan
yang timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasanya di
istilahkan dari bawah).
2. Kerja sama untuk pekerjaan-pekerjaan
yang timbulnya tidak dari inisiatif warga itu sendiri berasal dari luar
(biasanya berasal dari atas).
C.
Fungsi
Desa
1. Pertama, dalam hubungan dengan kota,
maka desa yang merupakan “hinterland” atau daerah dukung yang berfungsi sebagai
suatu daerah pemberian bahan makanan pokok.
2. Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi
ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja
(man power) yang tidak kecil artinya.
3. Ketiga, dari segi kegiatan kerja
(occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industry,
desa nelayan dan sebagainya. Dari uraian tersebut maka secara singkat ciri-ciri
masyarakat pedesaan di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut:
a.
Homogenitas social
Bahwa
masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola
hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama/homogen. Hubungan primer, pada
masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah.
b.
Kontrol sosial yang ketat
Setiap
anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota lain bahkan
ikut menyelesaikannya.
c. Gotong royong
Nilai-nilai
gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya.
d.
Ikatan sosial
Setiap
anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan
secara
ketat.
e.
Magis religius
Kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam.
f.
Pola kehidupan
Masyarakat desa
bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian, perkebunan,
perikanan dan peternakan.
D.
Kegiatan
Masyarakat Desa
Karena anggota warga
masyarakat mempunyai kepentingan pokok yang hampir sama, mereka selalu bekerja
sama untuk mencapai kepentingan mereka pada. Pada waktu mendirikan rumah,
upacara pesta perkawinan, memperbaiki jalan desa, membuat saluran air, dan
sebagainya, mereka selalu bekerja sama. Bentuk kerja sama masyarakat ini lah
yang sering di istilahkan dengan gotong royong dan tolong-menolong. Pada saat
ini pekerjaan gotong royong lebih populer dengan istilah kerja bakti,
misalnya memperbaiki jalan, saluran air, menjaga keamanan desa (ronda malam),
dan sebagainya. Kerja sama macam ini biasanya menangani hal-hal yang lebih
bersipat demi kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan perseorangan
(individual), seperti mendirikan rumah, pesta perkawinan, pada musibah (seperti
kematian), kelahiran dan sebagainya. Perlu dicatat dan diketahui di sini bahwa
semua kegiatan kerja sama ini, baik kerja bakti ataupun tolong-menolong, tidak
membutuhkan tenaga ahli tertentu. Dalam arti, setiap warga desa mampu
mengerjakannya, pekerjaan gotong royong (kerja bakti) terdiri atas dua macam,
yaitu:
1. Kerja sama untuk pekerjaan yang
timbulnya dari inisiatif warga masyarakat itu sendiri (biasa diistilahkan dari
bawah).
2.
Kerja sama dari masyarakat itu sendiri,
tetapi berasal dari luar (biasa berasal dari atas)
Kerja sama jenis
pertama biasanya dirasakan kegunaannya bagi masyarakat, sedangkan jenis kedua
kurang dipahami kegunaannya. Oleh karena itu, kalau kerja ini datangnya dari
atas, diusahakan agar masyarakat memahami bahwa kegunaannya bagi kepentingan
mereka (umum) sehingga mereka merasa bahwa pekerjaan itu sebagai proyek mereka
sendiri.
Sumber:
1.
http://makalah-staid.blogspot.com/2012/12/masyarakat-pedesaan.html
2.
Soekanto soerjono. Sosiologi suatu
pengantar. Rajawali pers. Jakarta. 1987
Posting Komentar