1
Sebongkah Cita-cita dan Impian-Ku
Setiap orang pasti mempunyai cita-cita dan impian. Sewaktu kecil, biasanya cita-cita orang hampir seragam, yaitu ingin menjadi dokter, ingin menjadi pilot, dan sebagainya. Entah kenapa, cita-cita menjadi dokter begitu populer di kalangan anak-anak di Indonesia. Tapi seiring berlarinya waktu, orang semakin terbuka pandangannya mengenai cita-cita. Beberapa berusaha untuk meraihnya, sedangkan yang lainya terpaksa melepas cita-citanya karena keadaan tertentu. Saya sendiri mulai berpikir rasional mengenai cita-cita ketika menginjak masa SMP dan semakin kuat serta yakin ketika menjadi siswa SMA. Apalagi menjelang akhir SMA.
Cita-cita saya awalnya adalah menjadi seorang arsitek. Saya gantungkan
cita-cita
tersebut karena terinspirasi dari para arsitek-arsitek yang luar biasa.
Bagi saya,
menjadi seorang arsitek adalah keren. Tidak peduli bagaimana pendapat
orang
tentang arsitek, saya tetap ingin menjadi seorang arsitek. Banyak
pendapat orang
tentang profesi arsitek, diantaranya saingan lapangan pekerjaan sulit,
lebih cocok untuk perempuan,
sering jadi kambing hitam gagalnya pembangunan suatu gedung, dan
sebagainya.
Saya tidak peduli dengan pendapat negatif tersebut karena yang saya
lihat dari arsitek tidak demikian. Mereka memiliki penghasilan yang
cukup untuk
menafkahi keluarganya dan hidup sejahtera.
Beberapa siswa SMA tingkat akhir biasanya galau menentukan akan
melanjutkan
kemana setelah lulus. Di sinilah cita-cita dan impian berperan. Biasanya
perguruan tinggi menyediakan jurusan dan program studi yang sesuai
dengan pekerjaan
yang ingin dijalani setelah lulus. Walaupun sebenarnya tidak selalu
berkorelasi
antara jurusan/program studi yang diambil dan pekerjaan yang dijalani
nantinya
setelah lulus. Setelah tamat SMA, saya dengan mantap memilih Jurusan
Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai tempat
belajar selanjutnya,
karena memang sesuai dengan cita-cita saya, yaitu menjadi seorang
arsitek.
Tapi takdir berkata lain, semua usaha dan upaya yang saya lakukan untuk
bisa masuk di jurusan tersebut tidaklah membuahkan hasil. Banyaknya
peminat pada jurusan tersebut membuat persaingan pun sangat ketat. Saya
mencoba lagi melalui tes seleksi masuk perguruan tinggi yang lain,
seperti Jalur Mandiri, UMB-PTN, dll. Jurusan yang saya ambil pun tetap
sama, yaitu Teknik Arsitektur, Tuhan berkehendak lain, sekeras apapun
usaha yang saya lakukan tapi jika Tuhan tidak mengkehendaki tetaplah
tidak akan berhasil. Mungkin Tuhan punya rencana lain untu saya, dan
saya yakin bahwa pilihan Tuhan adalah yang terbaik.
Akhirnya saya pun mecoba tes di Universitas Gunadarma, ya, itu adalah
universitas swasta. jelas bukan tujuan yang saya rencanakan sebelumnya,
karena universitas negeri adalah prioritas utama saya. disana saya tidak
mencoba jurusan Teknik Arsitektur, melainkan Teknik Industri.
Alhamdulillah saya diterima dengan grade A dengan kategori memuaskan.
Dalam hati kecil saya mungkin ini adalah takdir yang telah ditetapkan
oleh Tuhan untuk saya.
Cita-cita mungkin bisa berubah ketika menjalani kuliah. Karena durasi
kuliah
yang relatif lama memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terus
berpikir.
Dari sinilah muncul impian-impian. Impian lebih dari sekadar cita-cita
dan
bersifat lebih spesifik. Awalnya, cita-cita saya adalah menjadi seorang
arsitek,
tapi seirin waktu yang berjalan nampaknya saya harus membuka mata
lebar-lebar bahwa saya harus fokus pada apa yang ada didepan mata saya
saat ini. Jurusan Teknik Industri bukanlah jurusan yang buruk, disini
kita diajarkan untuk menjadi seorang engineer atau bahkan menjadi
manajer suatu perusahaan. Rencana saya saat ini adalah ingin
menyelesaikan kuliah S-1 saya dengan tepat waktu.
Saat ini, saya menjalankan bisnis kecil-kecilan. Saya memiliki bisnis
usaha online, bisnis usaha ini tentu dituntut mempunyai skill dalam
bidang teknologi dan keluwesan dalam bertutur kata. Tuhan
tidaklah tidur, dari sini mata hati saya mulai terbuka bahwa tidak
diterimanya saya di jurusan Teknik Arsitektur adalah tepat. Bakat saya
memang berbisnis jualan seperti ini, mungkin dengan jurusan yang sedang
saya lakoni yaitu Teknik Industri ini akan dapat membawa dampak yang
besar untuk kehidupan saya nanti. Bukan tidak mungkin dengan modal ilmu
yang saya dapat di jurusan Teknik Industri, akan menunjang bisnis usaha
online menjadi lebih maju, atau mungkin saya akan menjadi Enterpreneur muda
yang mempunyai lapangan pekerjaan sendiri. Tidak mustahil bukan? Selama
ada niat dan kemauan, segalanya bisa diraih, dan ingat bahwa Tuhan akan
selalu mengiringi setiap hambanya yang mempunyai niat yang tulus dalam
melakukan pekerjaan.
Itulah cita-cita dan impian saya yang saya bangun sejak saya menjadi siswa
sekolah menengah pertama hingga sekarang ketika saya menjadi seprang mahasiswa di jurusan Teknik Industri Universitas Gunadarma.
Bagaimana dengan Anda?